Pages

Ads 468x60px

Sample Text

Sample text

Social Icons

Test Footer 1

Test Footer

Popular Template

Recent Post

Test Footer 2

Featured Posts

Kamis, 15 November 2012

AGHSAN 3



Ulang tahun adalah hari kelahiran seseorang, menandai hari dimulainya kehidupan di luar rahim. Dalam beberapa kebudayaan, memperingati ulang tahun seseorang biasanya dirayakan dengan mengadakan pesta ulang tahun dengan keluarga dan/atau teman. Hadiah sering diberikan pada orang yang merayakan ulang tahun. Pada saat seseorang ulang tahun, sudah menjadi kebiasaan untuk memperlakukan seseorang secara istimewa pada hari ulangtahunnya.



AKGHSAN 2



Dulu, waktu saya kecil, saya pernah naik kuda. Saya ingat yang saya rasakan ketika itu ; ngeri, senang, dan agak aneh. Ya aneh aja gitu selama ini hanya liat kuda di film koboi…eh tahu-tahu naik kuda beneran waktu pertama kali ke Alun alun.

Mengingat pengalaman pertama & satu-satunya menaiki kuda ketika kecil itulah yang mendorong saya mengajak duo krucil saya untuk mencoba naik kuda di Alun alun. Saya yakin pasti menyenangkan mencoba sesuatu yang baru, apalagi pengalaman baru itu menunggang kuda.

Harganya gak tentu, tergantung pada pemilik kuda dan keberuntungan anda saja kayaknya hehe. Untuk kuda si sulung kami cuma membayar 30rb untuk 2x bolak balik dengan jarak yang lebih jauh, itupun sudah kami kasih bonus 10rb. Sedang saya & bungsu harus membayar 50rb…dengan jarak yg lebih pendek dan keukeuh mereukeuh…tidak bisa ditawar. Gubrak…tapi gak apa-apalah…yg penting krucil senang…horey, bisa seperti lucky luck tanpa baju koboi tentunya hehe..




MAKAM MBAH PRIOK


Makam Mbah Priok adalah potongan histori Jakarta. Dalam perkembangan zaman, di sekitar makam berdiri aneka bangunan, termasuk bangunan tanpa izin.
Lantas siapa Mbah Priok? Mbah Priok terkait erat dengan sejarah kota Jakarta dan perkembangan Islam di Jawa. Nama daerah Tanjung Priok yang kita kenal sekarang ini, lahir dari kisah hidup Mbah Priok.

Mbah Priok adalah nama lain dari Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad. Habib Hasan adalah penyebar Islam di Jakarta Utara pada abad ke-18. Ulama ini meninggal pada tahun 1756 karena kapalnya terkena badai di laut utara Jakarta.

Saat Habib Hasan dimakamkan, batu nisannya adalah dayung patah dan periuk nasi milik Habib Hasan. Di makam itu juga ditanam Bunga Tanjung. Kemudian, dari makam ini lahirlah nama Tanjung Priok yang merujuk pada bunga Tanjung dan periuk nasi di makam ulama ini.
Dahulu, makam asli Mbah Priok ada di kawasan Pondok Dayung. Makam ini lalu dipindahkan ke lokasi yang ada sekarang. Seiring waktu berjalan, kawasan di sekitar makam Mbah Priok, tumbuh menjadi kawasan pelabuhan terpadu Tanjung Priok.

Hingga saat ini, makam Mbah Priok menjadi salah satu tempat ziarah di Jakarta. Para peziarah datang dari berbagai wilayah di Indonesia.

Makam ulama ini, kini berada di dekat Terminal Peti Kemas (TPK) Koja, Jakarta Utara. Selain makam, ada juga beberapa perumahan milik warga. Karena wilayah ini dekat dengan pelabuhan, mulailah timbul perselisihan dengan warga dan ahli waris makam dengan pengelola pelabuhan.

“Wajar jika umat mempertahankan tempat, karena ini merupakan syiar Islam dan tempat sejarah.



FOTO AGHSAN